rec-dev.com

rec-dev.com — Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di sebuah forum internasional, Tiongkok baru-baru ini menganjurkan negara-negara di seluruh dunia untuk menentang tren “decoupling” ekonomi yang saat ini dijalankan oleh negara-negara Barat, termasuk upaya pemindahan pabrik-pabrik dari Tiongkok.

Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, menyampaikan pandangannya di depan para peserta forum, yang dihadiri oleh beberapa media asing pada hari Selasa. Pernyataan ini dilontarkan dalam konteks ketegangan ekonomi yang meningkat antara Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan Eropa, khususnya terkait dengan pemberlakuan tarif impor terhadap produk-produk seperti kendaraan listrik yang diproduksi di Beijing.

“Kita perlu menjaga pikiran kita tetap terbuka, berkolaborasi secara erat, meninggalkan pembentukan blok-blok, dan menentang decoupling,” ucap Li Qiang, yang dilaporkan oleh AFP pada Rabu (26/5/2024). Li, yang merupakan pejabat tinggi kedua di Tiongkok, bertanggung jawab atas pengelolaan ekonomi negara atas mandat dari Presiden Xi Jinping.

Li menegaskan bahwa industri Tiongkok telah mengalami pertumbuhan yang signifikan berkat keunggulan komparatif yang dimiliki oleh negara tersebut. Ia juga mendesak agar terdapat “stabilitas dan kelancaran operasional” dalam rantai pasokan serta “liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi.”

Kekhawatiran terhadap potensi decoupling telah mencuat menyusul serangkaian konflik antara Tiongkok dan negara-negara Barat mengenai perdagangan dan teknologi. Sebagai contoh, AS baru-baru ini meningkatkan tarif impor senilai US$18 miliar dari Tiongkok, yang menargetkan industri strategis seperti kendaraan listrik, baterai, baja, dan mineral penting. Langkah ini, menurut Beijing, dapat “sangat mempengaruhi hubungan antar dua negara adidaya.”

Di sisi lain, Uni Eropa (UE) sedang mempertimbangkan penerapan tarif hingga 38% pada kendaraan listrik Tiongkok mulai tanggal 4 Juli, dengan alasan bahwa subsidi besar-besaran dari Beijing telah menyebabkan ketidakseimbangan persaingan yang merugikan produsen Eropa. Tarif ini akan berlaku sementara sampai bulan November, sebelum diberlakukan secara permanen.

UE telah menegaskan bahwa “subsidi yang tidak adil” dari Beijing terhadap industri kendaraan listriknya telah mengancam produsen Eropa, sebuah pandangan yang juga diungkapkan oleh AS, yang menuduh Beijing berupaya “membanjiri” pasar Amerika dengan produk-produk yang mendapat dukungan finansial besar dari pemerintah.

Mengakhiri pernyataannya, Li menegaskan bahwa produk-produk Tiongkok seperti kendaraan listrik, baterai litium, dan panel surya tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga “memperkaya pasokan di pasar internasional, mengurangi tekanan inflasi global, dan memberikan kontribusi positif Tiongkok terhadap upaya global dalam menghadapi perubahan iklim.”

Sementara itu, pemimpin Eropa termasuk Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, telah menyatakan bahwa tujuan mereka bukan untuk memisahkan diri dari Tiongkok, melainkan untuk “mengurangi risiko” ekonomi.