Langkah terbaru Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) kembali memanaskan link slot gacor hubungan Washington-Beijing. Dalam upaya terbuka dan cukup berani, CIA merilis video berbahasa Mandarin yang ditujukan untuk merekrut warga Tiongkok agar menjadi informan atau mata-mata bagi Amerika Serikat. Aksi ini langsung mengundang kecaman keras dari pemerintah Tiongkok yang menilai hal itu sebagai bentuk provokasi terang-terangan dan pelanggaran serius terhadap kedaulatan nasional.
Sambil menggunakan bahasa Mandarin yang fasih, narator menyampaikan pesan emosional yang menyasar para birokrat, teknokrat, dan elite berpendidikan di China yang mungkin merasa muak terhadap sistem yang represif.
Reaksi Beijing: Tuduhan Balasan dan Peringatan Keras
Tak butuh waktu lama bagi pemerintah Tiongkok untuk menanggapi. “Amerika telah menunjukkan wajah aslinya. Ini bukan hanya aksi intelijen biasa, tapi tindakan berbahaya yang mengancam stabilitas dan keamanan nasional kami,” ujar juru bicara tersebut.
China juga menuduh Amerika telah lama mencoba menyusupi institusi-institusi dalam negeri mereka dengan dalih promosi demokrasi dan kebebasan, padahal sebenarnya bermotif melemahkan kekuasaan Partai Komunis China (PKC).
Perang Intelijen Era Digital
Kasus ini menyoroti eskalasi dalam perang intelijen antara dua kekuatan global. Ini bukan kali pertama CIA menggunakan strategi serupa. Sebelumnya, mereka juga melakukan kampanye berbahasa Arab dan Persia untuk menarik sumber daya manusia dari Iran dan negara-negara Timur Tengah.
Kesimpulan
Langkah CIA untuk secara terbuka merekrut warga China menunjukkan perubahan pendekatan dalam dunia spionase modern. Namun reaksi keras dari Beijing menandakan bahwa permainan ini tidak akan berakhir tanpa konsekuensi besar.